Selasa, 18 November 2008

Video Ibing Maenpo Peupeuhan

Read More......

Tiga Aliran Maenpo di Cianjur

RIWAYAT SINGKAT TIGA ALIRAN MAENPO DI CIANJUR


Aliran Cimande.
Mula-mula dikenal oleh masyarakat Sunda umumnya kira¬kira awal abad ke XVIII bertepatan pada saat itu yang memegang tampuk kekusaan adalah Raden Adipati Wira Tanu Datar VI (Rd. Noh Alias Wiranagara ).
Pada saat itu, seni bela diri Maenpo merupakan seni beadiri,yang sangat digemari oleh para keturunan Dalem dan berkembang hanya terbatas untuk keluarga dan kerabat terdekat.
Menurut versi yang berkembang di Cianjur, pencipta aliran Cimande ialah Abah Kahir (Mbah Kahir) yang berasal dari Kampung Kamurang, Desa Cimande, masih daerah Cikalong yang pada akhir tuanya pindah ke Bogor yang dikenal dengan llama Cimande (dekat Sungai Cimande). Pengaruh ajaran aliran Cimande ini berkembang hingga ke luar Tatar Sunda, bahkan ke se:uruh pelosok Indonesia.

Aliran Cikalong
Aliran Cikalong diciptakan dan dikembangkan oleh salah searang keturunan Rd. Adipati Wira Tanu Datar VI yang bernama Rd. Djayaperbata yarig pada akhirnya lebih dikenal dengan' nama Rd. H. Ibrahim. Ia bertempat tinggal di Cikalong Ku:on kira-kira 17 Km dari pusat Kota Cianjur. Lahir pada tahun 1816 dan wafat pada tahun 1906, dimakamkan di Xampung Majalaya Cikalong Kulon.
Aliran ini tercipta dari hasil rangkuman Rd. H. Ibrahirn melalui halwat (perenungan) di sebuah gua di Kampung Jelebud di tepi sungai yang dikenal dengan nama Sungai C.:ndul Leutik di Cikalong Kulon. Nama aliran ini diambil dari tewpat asal perciptanya. Menurut tuturan para kerabat/murid¬murid Rd. H Ibrahim, bahwa Rd. H Ibrahim berguru tidak kurang dari 17 guru. Adapun yang paling terkenal dari guru-guru Rd. H. Ibrahim ada 4 orang, yaitu :
1. Rd. Ateng Alimudin (Kp. Baru Jatinegara )
2. Abang Ma'ruf (Kp. Ka.ret Tanah Abang, Betawi/Jakarta )
3. Abang Madi (Kp. Gang Tengah Betawi/Jakarta)
4. Abang Kari ( Benteng - Tangerang )

Aliran Cikalong ini sangat beragam dalam penerapan kepada murid-muridnya, hal ini sesuai dengan watak sang murid juga disesuaikan dengan kemampuan dan tubuhnya. Kita tidak perlu heran andai kata dua orang murid yang dari guru yang sama namun berlainan cara, walaupun yang dipakainya tetap sama. Ada juga pengaruh aliran
lain, seperti seseorang yang mempelajari dua aliran kemudian memilih yang dirasakan cocok dengan seleranya. Begitulah fakta yang tidak bisa dihindari.
Di antara kerabat yang hanya berpegang pada aliran Cikalong adalah Rd. Bratadilaga putra Rd. H, Ibrahim. la menurunkan pelajaran aliran Cikalong ini kepada para kerabat dekat diantaranya :
1. Rd. Idrus
2. Rd. Muhyidin
3. Rd. Didi Muhtadi
Ketiganya bertempat tinggal di Pasar Baru, Cianjur. Dari ketiga muridnya, hanya Rd. Muhyidin yang tidak berguru lagi secara khusus, sedangkan Rd. Idrus dan Rd. Didi Muhtadi berguru lagi kepada Rd. Obing Ibrahim ( murid Rd. H. Ibrahim ).
Pengembangan aliran Cikalong ada beberapa cara, di antaranya secara tradisional (secara diam-diam dan terbatas pada keluarga), dan secara terbuka dengan menggunakan metode belajar dan mengajar secara ilmiah ( teori dan praktek ).
Khusus yang dikembangkan oleh Rd. Abad Moh. Siraz dari gurunya yang bernama Rd. Busrin ( Mama Ucin) salah seorang murid Rd. H. Ibrahim, dalam bukunya yang berjudul Tuduh Kaedah Maenpo dengan 27 jurus kajadian, 3 jurus maksud dan 3 jurus istimewa. Jurus-jurus yang dimaksud di atas merupakan hasil karya Rd. Abad yang diambil dari kajadian maenpo. Bagi yang mempelajari maenpo, metode tersebut dapat dikasakan praktis, karena lebih mudah untuk dipahami dan mendasar (sebagai bahan belajar dan mengajar).
Buku pedoman dimaksud belum disebarluaskan kepada khalayak, hanya terbatas untuk murid-murid yang berguru kepadanya. Mudah-mudahan dengan adanya pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan Maenpo, Rita semua dapat memahami maksud dan tujuan penulis " Tuduh Kaedah Maenpo " dan menjadi bahan kelengkapan data-data yang diperlukan.

Aliran Sabandar
Aliran ini diciptakan oleh Mohammad Kosim seorang perantau yang berasal dari Pagarruyung Sumatera Barat yang berkelana sampai ke Pulau Jawa. Ia sempat tinggal di Jakarta dan pada akhirnya sampai di Kampung Sabandar Cianjur dan :nenetap di sana. Nama Aliran Sabandar ini diambil dari tempat tinggal penciptanya yaitu Kampung Sabandar Cianjur.
Pelajaran seni beladiri dari aliran ini, pertama kali diketahui dan dipelajari oleh Rd. H. Enoh, murid generasi pertama dari Rd. H. Ibrahim yang masih merupakan kemenakannya. Sejak saat itu. kerabat-kerabat yang belajar kepada Rd. H. Ibrahim juga mempelajari Aliran Sabandar ini, sehingga mulai saat itu di Cianjur pada umumnya sudah menganut dua aliran penca silat yaitu Aliran Cikalong dan Aliran Sabandar.


Read More......